Sitemap
Komunitas Blogger M

Komunitas Blogger Medium. Tempat kumpul, berbagi dan berinteraksi sesama blogger Medium dari Indonesia

Tentang Menjadi Penulis yang Abadi

Sent as aNewsletter
4 min readFeb 1, 2025

--

Ungkapan “menulis untuk keabadian,” menurut saya adalah jargon yang selalu saja diungkit-ungkit oleh banyak motivator menulis. Sayangnya, tidak ada hal yang abadi di dunia ini. Termasuk gagasan dan tulisan.

Memang tulisan akan melampaui usia penulis, namun dengan banyak sekali persyaratan. Sialnya, tidak banyak yang memikirkan tentang ini kemudian mengungkapnya ke penulis pemula.

Menjalani karier sebagai penulis, sejauh yang saya saksikan. Merupakan karier yang sama sekali tidak jelas ujungnya. Sebagaimana karier lain di dunia kreatif, tingkat dan jenjangnya, hanya kita sendiri yang bisa menentukan. Pencapaiannya pun bisa berbeda-beda antara talenta satu dengan lainnya atau penulis satu dengan penulis lainnya. Belum lagi soal penerimaan industri dan juga kebutuhan masyarakat.

Bagi penulis yang pernah mengenyam pendidikan perguruan tinggi, pasti menyaksikan bagaimana karya-karya tulis bertahun-tahun yang lalu masih dibaca dan dijadikan referensi. Itu karena tulisan-tulisan yang ada di dunia akademis sifatnya saling bertautan dan memiliki pengetahuan yang saling berkisinambungan. Ilmu pengetahuan beberapa dekade silam, masih mungkin untuk diuji, dicari, juga dikutip sebagai kebijaksanaan di masa depan.

Sebagian penulis menempuh jalur sebagai pencatat sejarah dirinya sendiri pun belum tentu tercatat sejarah. Mereka menjadi pewarta kejadian-kejadian sejarah. Namun mereka sendiri terlupakan oleh sejarah.

Tulisan non-fiksi seperti karya ilmiah, akan terus “hidup” selama keilmuwannya terus berkembang. Setidaknya, nama orang-orang berpengaruh yang berkontribusi di dalamnya akan tersebut dalam sejarah.

Apesnya, tidak semua kita adalah orang yang berpengaruh. Jangankan mencatatkan sejarah. Melakukan hal berguna saja masih bertanya-tanya. Inilah yang kemudian membuat banyak penulis tidak melihat tulisan-tulisan non-fiksi seperti dokumen akademik sebagai jalur yang realistis. “Kalau tidak punya kemampuan, lalu menulis apa?” Pertanyaan retoris, yang jelas hanya kita sendiri yang tahu jawabannya.

Lalu di mana keabadian yang dimaksud?

Jalur lain, menjadi penulis fiksi. Ungkapan menulis untuk abadi, adalah kata-kata terkenal yang disampaikan oleh Pram. Beruntung, Pram adalah sosok jawara yang karya-karyanya signifikan di republik ini dan terus menerus diingat oleh para penulis dan sastrawan.

Namanya diabadikan di banyak benak pecinta novel. Buku-bukunya juga masih saja diperebutkan bahkan oleh penerbit kapitalis. Entah seperti apa raut muka Pram ketika menyaksikan karyanya dikapitalisasi hingga aksesnya menjadi eksklusif dan elit 100 tahun kemudian.

Sebagai konsekuensi, bukunya dibajak pedagang-pedagang buku kecil yang berharap sesuap nasi dari ketenaran karyanya sebagaimana Pram juga . Pun banyak yang tidak tahu, bahwa Pram memulai kariernya menulis dari menjadi jurnalis pencatat momen aktual di masanya yang bisa saja terlupakan sejarah.

Menulis dengan imajinasi, mengorkestrasi kejadian lalu mencangkoknya ke dalam sebuah kisah dramatis. Belum tentu membuat naskah yang tertulis bisa diterima oleh para pembaca yang tidak mau ambil risiko.

Untuk apa membaca karya tanpa nama besar? Buang uang, buang tenaga dan waktu. Lebih baik baca karya orang besar yang tenar dan berpengaruh dalam percaturan peradaban. Tanpa para pemengaruh seperti kritikus dan pengulas, nama-nama kecil mungkin hanya akan terus tenggelam dalam bayang mimpi keabadian karya.

Mujur, dunia kepenulisan sama seperti dunia kreatif lainnya. Bidang ini punya barrier to entry yang rendah untuk setiap orang. Hanya perlu modal tekad, semangat belajar menggunakan instrumen menulis, lalu konsisten berkarya. Kemudian tinggal nasib yang akan berkata.

Penulis yang konsisten berkarya saja belum tentu abadi, apalagi yang tidak berkarya. Itu mengapa, sejatinya penulis perlu untuk melihat kariernya sebagai perjalanan pribadi. Bukan untuk cari validasi.

Bagi beberapa penulis, memiliki pembaca ratusan atau puluhan orang mungkin sudah menjadi pencapaian tinggi. Dia terus berkarya hanya untuk segelintir orang yang menjadi pendukung progresi diri. Kadang untung, kadang buntung. Lagi-lagi tergantung mujurnya nasib sebagai penulis.

Hanya saja, jalan penuh liku menuju keabadian ini bukan untuk semua orang. Kita jelas bukanlah seorang Pram yang punya kesempatan untuk membangun reputasinya konferensi-konferensi penting kenegaraan sembari menulis dan mengkritik bangsa dalam kisah-kisahnya.

Di era ini, kita punya media sosial. Kita punya Medium, semua bisa menulis. Namun jelas sedikit yang akan berkarier sebagai penulis karena kerjaan ini “santai”. Mungkin sebagaimana dipandang negara, menulis adalah kerjaan di waktu luang. Kerjaan yang tidak perlu banyak modal, hanya perlu membual, lalu menjual. Itu kenapa pajak karya tulisan, lebih besar dari kerja pabrikan.

Entah apa benar penulis bisa abadi seperti yang Pram gaungkan.

Tapi mari lupakan semua lika-liku tidak mengenakkan itu. Kembali ke awal, yang perlu kita lakukan sebagai penulis adalah menulis. Abadi untuk diri sendiri. Kita bisa dokumentasikan, perjalanan hidup dan apa yang kita pikirkan menjadi realitas yang terbaca. Mungkin tidak menarik. Mungkin juga tidak menguntungkan. Apalagi benar-benar abadi untuk jadi perbincangan hingga 100 tahun kemudian.

Selamat berkarya tetap menulis, kawan-kawan penulis.

Nah, untuk kamu yang mungkin galau soal menulis dan bagaimana hidup sebagai penulis. Mungkin tulisan-tulisan rekomendasi KBM bisa jadi referensi.

Berikut adalah lima tulisan gratis rekomendasi pekan ini

  1. How a Month of Daily Writing Transformed My Life oleh Kevin Nokia
  2. Just a normal day in a writer’s life oleh Zaki Ahmed
  3. The writing exercise that made my career oleh Laini Taylor
  4. You need to start writing to find yourself. oleh Yunus Emre Adas
  5. Words for Sale: How ‘Writing Coaches’ Exploit Aspiring Authors oleh JA Westenberg

Untuk kamu yang sudah menjadi Member Medium, kamu bisa baca lima tulisan berpayar berikut

  1. Why writers are leaving. oleh Raaz^
  2. Unpopular Opinion: If you’re a new fiction writer, forget about building an audience. oleh Shaunta Grimes
  3. My Mistake as a Writer: Staying Silent Instead of Standing Up for What’s Right oleh Zahier Adams
  4. How Many Articles Do You Have to Write to Become a Real Writer? oleh Ron Markley
  5. What 95% of Writers Don’t Understand About Building an Audience oleh Derek Hughes

Semoga tulisan-tulisan rekomendasi di atas bisa memberimu perspektif lebih luas tentang menjadi seorang penulis.

Wara Acara

  1. Kumpul pekanan Writers KBM
    Kumpul-kumpul menulis dan bercengkrama bersama para writers KBM. Bebas berinteraksi dan tanya jawab seputar dunia kepenulisan. Gratis. Kalau ingin bergabung bisa langsung aja gabung di Join Zoom Meeting:

    Ruang akan terbuka pada Minggu, pukul 20.00 WIB. Semua yang menerima nawala ini, bebas untuk hadir. Silakan jika kamu punya waktu. Kumpul KBM edisi 2 Februari 2025 esok akan berdiskusi dengan , penulis yang sangat aktif di Medium dan inisiator publikasi Resah Rakyat.

Rekomendasi Alat


  1. Platform berlatih berbahasa Inggris IELTS dengan bantuan kecerdasan buatan.
  2. Belum ada
    Kamu ingin alat yang kamu bangun atau buat diperkenalkan di sini? Hubungi saja KBM.

Kamu mendapat nawala ini karena kamu berlangganan Newsletter Komunitas Blogger M

Komunitas Blogger M
Komunitas Blogger M

Published in Komunitas Blogger M

Komunitas Blogger Medium. Tempat kumpul, berbagi dan berinteraksi sesama blogger Medium dari Indonesia

Bagus Ramadhan
Bagus Ramadhan

Written by Bagus Ramadhan

Freelance book ghostwriter. Casually writing about marketing, media, and content. [email protected]

Responses (2)