Sitemap
Dunia Kampus

Publikasi yang mewadahi cerita tentang kehidupan kampus. Bisa berupa catatan kuliah, pengalaman kuliah, opini terhadap sistem perguruan tinggi, dan sebagainya.

Antara Tawa di Siang Hari dan Air Mata di Malam Sunyi

--

Ilustrasi ini merupakan hasil generasi Meta Ai

Jika kalian bertemu dengan aku di kampus, kamu mungkin akan melihat seseorang yang selalu ceria. Saat ada acara, aku paling sibuk dan selalu berusaha membuat lelucon di tengah-tengah percakapan dengan teman-teman. Tapi yang tidak kalian ketahui, malam-malam aku sering kali penuh dengan air mata yang tertahan. Entah karena lelah atau bingung atau merasa tersesat dalam perjalanan yang sebenarnya aku pilih sendiri.

Ketika aku mulai kuliah, aku sangat bersemangat. Aku pikir inilah masa depan yang selalu aku bayangkan untuk diri aku sendiri. Kebebasan untuk mengatur jadwal perkuliahan sendiri, kebebasan untuk memilih kegiatan dan kebebasan untuk menjalani hidup. Namun, semakin jauh melangkah, semakin menyadari, kebebasan datang dengan tanggung jawab yang besar.

Aku ingat saat pertama kali membuat jadwal. Dengan polosnya, aku hanya memilih. Aku berpikir, “Ah, yang penting tidak terlalu berat, jadi bisa santai.” Jadi, jadwal KRS pun disusun secara acak. Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu. Sekilas terlihat mudah, tetapi kenyataannya? Waktu luang di antara hari-hari itu banyak terbuang percuma.

Misalnya, hari Selasa dan Kamis, yang semestinya aku gunakan untuk belajar atau mengurus pekerjaan rumah, malah aku gunakan untuk tidur siang atau scrolling media sosial. Aku beranggapan bahwa di hari itu aku memiliki banyak waktu, namun pada kenyataannya justru tidak menggunakan waktu tersebut dengan baik. Hari-hari berlalu dan aku kerap kebingungan saat tenggat waktu tugas semakin dekat.

Baru pada semester terakhir ini aku menyadari betapa buruknya manajemen waktu kuliah ku. Bayangkan jika aku membuat jadwal yang lebih efisien sejak awal, misalnya mengambil tiga hari untuk kuliah. Mulai dari hari Selasa, Rabu, dan Kamis. Selebihnya, aku bisa fokus untuk belajar, menulis, atau bahkan mengejar passion lain yang selama ini aku abaikan. Namun sayangnya, semua penyesalan itu datang terlambat.

Ketika berbicara tentang waktu, aku semakin tersadar betapa berharganya setiap detik, menit yang kita miliki. Aku kerap mengira bahwa aku memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan semuanya. “Ah, tugas ini masih lama, besok saja.” Namun, besok sering kali menjadi lusa, lalu minggu depan, hingga ujung-ujungnya aku panik karena deadline semakin dekat.

Di samping itu, waktu yang seharusnya aku gunakan untuk belajar atau memantapkan materi perkuliahan malah dihabiskan untuk hal-hal yang sebenarnya tidak begitu penting. Aku terkadang merasa lelah di malam hari, bukan karena produktif, tapi karena membuang-buang waktu. Dan perasaan menyesal sering menghantui di malam hari.

http://pixabay.com/id/illustrations/kucing-bulan-jendela-bintang-8474233/

Kegelisahan di malam-malam yang sunyi itu sering kali menjadi pengingat, bahwa aku kurang menghargai waktu sendiri. Aku berurai air mata bukan hanya karena tugas-tugas yang menumpuk, tetapi juga karena aku merasa bersalah. Seharusnya aku bisa melakukan yang lebih baik, tapi aku terlalu malas untuk mempraktikkannya.

Namun, semua ini bukan berarti aku tidak bisa belajar. Di semester terakhir ini, aku mencoba menata segala sesuatunya. Aku merapikan jadwal kuliah yang sebelumnya berantakan. Meskipun terlambat, aku ingin memanfaatkan waktu yang tersisa dengan sebaik-baiknya.

Aku juga menyadari bahwa kebahagiaan dan kesuksesan tidak didasarkan pada apa yang orang lain lihat, tetapi pada bagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri. Tidak ada gunanya terlihat bahagia di luar jika sebenarnya hati tidak tenang. Jadi aku harus belajar untuk jujur pada diriku sendiri. Aku tidak lagi memaksakan diri untuk tampil baik di hadapan orang lain.

Sekarang, aku mencoba untuk membuat setiap hari menjadi lebih bermakna. Aku mulai membuat to-do-list sederhana agar tahu apa yang harus aku lakukan dan tidak membuang-buang waktu. Aku juga mencoba memaafkan diri sendiri atas kesalahan di masa lalu. Aku tahu aku tidak bisa mengubah masa lalu, tapi aku masih punya kesempatan untuk memperbaiki masa depan.

Bagi Kalian yang baru memulai untuk kuliah. Percayalah, waktu itu sangat berharga. Jangan biarkan diri anda mengulangi kesalahan seperti yang aku alami. Aturlah jadwal belajar Anda dengan rapi dan pastikan Anda memiliki keseimbangan yang baik antara waktu belajar, waktu istirahat dan waktu untuk diri sendiri. Jangan menunda-nunda, karena waktu yang hilang tidak akan pernah kembali.

Dan yang paling penting, jangan terlalu memaksakan diri. Kita semua sedang belajar dan wajar jika kita terkadang melakukan kesalahan. Yang terpenting adalah bagaimana kita bangkit dan memperbaiki diri.

Sebagai konklusinya, aku ingin berkata pada diriku sendiri, tidak apa-apa untuk menangis di malam sunyi. Tidak apa-apa untuk merasa lelah dan bingung. Tapi jangan pernah berhenti berusaha.

Semoga dengan cerita ini, kita tidak hanya menjadi mahasiswa yang memiliki gelar sarjana di atas kertas, tetapi juga menjadi pribadi yang menghargai waktu dan dapat berguna bagi masyarakat serta diri sendiri.

Menunggu waktu yang tepat mungkin terdengar seperti keputusan yang cerdas, tetapi sebenarnya itu hanya alasan untuk tidak memulai. Waktu yang tepat tidak datang dengan sendirinya, kita menciptakannya melalui tindakan kita.

Jadi, buatlah keputusan untuk memulai sekarang. Apa pun yang ingin Anda capai, ambil langkah pertama hari ini. Ingat, waktu adalah aset Anda yang paling berharga. Jangan menunggu sampai terlambat untuk menyadarinya.

Aku telah menulis catatan ini sebagai pengingat, tidak hanya untuk Anda, tetapi juga untuk diriku sendiri. Menunda-nunda tidak akan membawa kita kemana-mana. Jika Anda menginginkan waktu yang tepat, lakukanlah sekarang.

Dunia Kampus
Dunia Kampus

Published in Dunia Kampus

Publikasi yang mewadahi cerita tentang kehidupan kampus. Bisa berupa catatan kuliah, pengalaman kuliah, opini terhadap sistem perguruan tinggi, dan sebagainya.

Mujiburrohman
Mujiburrohman

Written by Mujiburrohman

Practicing the habit of reading and writing every day is a basic skill that opens doors for myself, to grow and develop continuously. Instagram @mujib17si

No responses yet