Jangan Cuma Mau Enaknya Aja!
Refleksi diri di tengah huru-hara keseharian yang tiba-tiba menghampiri.
Sejak awal seharusnya aku lebih banyak mensyukuri hidup yang kujalani.
Kenapa begitu? Selain karena bersyukur adalah hal penting, kemudahan yang diberikan padaku dalam menjalani hidup jauh lebih banyak dari kesulitan.
Kilas balik di masa sekolah, sejak SD sampai SMA aku hampir selalu menempati posisi teratas di peringkat kelas. Kegiatan belajar mengajar tidak terasa begitu sulit. Kecuali untuk mata pelajaran Matematika, kurasa hanya itu satu-satunya musuh terbesarku di mata pelajaran sampai saat ini.
Begitu juga saat masuk perguruan tinggi. Saat anak-anak lain harus berjuang mati-matian mendapatkan perguruan tinggi impiannya, ikut bimbel persiapan masuk perguruan tinggi, belajar tanpa kenal waktu, aku tidak perlu susah payah melakukan itu semua.
Lulus melalui jalur undangan — artinya aku hanya perlu bergantung pada nilai raporku — membuatku tidak perlu ikut ujian masuk perguruan tinggi. Terlebih aku hanya memilih satu perguruan tinggi dari tiga slot yang disediakan, dan syukurnya bisa lulus.
Walaupun ada beberapa faktor pendukung yang membuatku bisa lulus dengan mudah, tetap saja aku sangat mensyukuri hal tersebut.
Lulus dari perguruan tinggi juga tidak terasa begitu sulit. Syukurnya lagi, aku bisa lulus dalam waktu 3 tahun 5 bulan, tanpa kendala yang begitu berarti. Kalaupun ada, semuanya masih bisa teratasi dengan cukup baik.
Setelah menyandang gelar sarjana, aku hampir tidak merasakan fase “nganggur” karena sebulan setelah wisuda kesempatan untuk magang datang menghampiri. Enam bulan menjalani kegiatan magang, kesempatan untuk bekerja sebagai karyawan juga ikut muncul.
Entah narasi-narasi tersebut kemudian membuatku terkesan sombong karena senantiasa dimudahkan atau seperti apa, akan tetapi rasa syukur juga sudah pasti selalu kuusahakan agar tidak putus-putus kupanjatkan.
Namun di balik semua kemudahan dalam hidup yang kujalani — dimana bagi semua orang mungkin itu adalah impian — aku tidak terlatih untuk menghadapi rintangan dalam hidup.
Selama kamu masih ada di dunia, selalu akan ada rintangan yang harus dilalui.
Dan untuk orang yang jarang berhadapan dengan rintangan tersebut, rasanya seakan-akan dunia sedang berguncang hebat saat menghadapinya.
Bagiku, orang-orang yang hebat justru adalah mereka yang punya banyak pengalaman menghadapi berbagai rintangan.
Tidak mudah memang, dan tentu saja semuanya tidak mau menghadapi rintangan yang sama. Mereka yang menghadapinya barangkali tidak punya pilihan selain menorobosnya.
Keterpaksaan itu, hal-hal tidak mengenakkan dalam hidup, membentuk mereka menjadi sosok yang tangguh.
Wajar ketika pada akhirnya banyak kebahagiaan datang menghampiri mereka. Apa yang sudah mereka hadapi sepadan untuk mendapatkan itu semua.
Tapi aku tidak akan membahas mengenai pemikiran orang tentang “hidupnya bahagia terus, cobaannya dimana, ya?” seolah-olah orang tersebut memang harus melalui cobaan terlebih dahulu untuk mendapatkan kebahagiaannya.
Karena bisa saja hidup orang itu memang sudah di-setting untuk punya porsi kebahagiaan lebih banyak.
Kembali lagi, judul tulisan ini kutulis demikian sebagai pengingat bahwa hal-hal tidak mengenakkan juga ada dalam hidup. Jadi, jangan hanya berharap bahwa hal-hal enak yang akan selalu datang.
Setidaknya meminta kepada Tuhan untuk dimudahkan dalam menghadapi hal-hal tidak enak ini terdengar lebih masuk akal.
Rasa kagum dan hormatku terhadap orang-orang dengan berbagai lika-liku dalam kehidupan yang harus dihadapi sungguh besar.
Ada kalanya aku berharap diberikan kekuatan serupa untuk menghadapi rintangan dalam hidupku.
Mungkin tidak jadi masalah kalau sekali-sekali berpikir bahwa sekalipun hidup memberikan cobaan, harapannya semua cobaan itu bisa “dicobain” dengan baik. Hahaha.
Intinya ya, jangan cuma mau enaknya aja!